JAKARTA - Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa Indonesia tetap memegang prinsip bebas aktif dan netral dalam menjalin kemitraan ekonomi global, meskipun ketegangan geopolitik dunia semakin memanas. Pernyataan ini disampaikan Sri Mulyani dalam wawancara di sela Pertemuan Tahunan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang berlangsung baru-baru ini.
“Indonesia terbuka untuk semua karena kita tidak berpihak, baik dalam politik maupun ekonomi,” ujar Sri Mulyani, dikutip pada Kamis, 26 Juni 2025. Pernyataan tersebut menggarisbawahi komitmen Indonesia untuk menjaga independensi dan keseimbangan dalam hubungan internasional, terutama di tengah dinamika persaingan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China.
Sri Mulyani menegaskan bahwa ketegangan antara AS dan China tidak akan mengubah posisi Indonesia dalam menjalankan kerja sama ekonomi dengan kedua negara tersebut. “Saya tidak berpikir begitu (hubungan RI dengan AS akan ganggu hubungan dengan China). China datang karena kita punya kebijakan yang berlaku sama untuk semua negara,” jelasnya.
Menkeu juga menambahkan bahwa baik AS maupun China memiliki peluang yang sama untuk berinvestasi di Indonesia. Khususnya di sektor-sektor strategis seperti hilirisasi nikel dan pengembangan baterai kendaraan listrik, dua bidang yang menjadi fokus utama pemerintah dalam mengakselerasi transformasi ekonomi nasional berbasis industri hijau dan teknologi tinggi.
“Mereka (AS dan China) memiliki banyak teknologi maupun modal. Jadi kita terbuka secara merata untuk kedua,” tegas Sri Mulyani.
Dialog dengan Menteri Keuangan Negara Timur Tengah
Selain menegaskan sikap netral Indonesia, Sri Mulyani juga mengungkapkan hasil pertemuannya dengan Menteri Keuangan Saudi Arabia, Muhammad Al Jadaan, dan Menteri Keuangan Qatar, Ali Alkuwari. Pertemuan ini berlangsung secara santai di sela-sela Pertemuan Tahunan AIIB.
“Kami membicarakan situasi perang yang sedang terjadi di Timur Tengah dan dampak negatif pada aspek kemanusiaan serta ketidakpastian yang diakibatkan yang akan sangat negatif pada ekonomi seluruh dunia,” ungkap Sri Mulyani melalui akun Instagram resminya.
Menurut Menkeu, konflik yang terjadi di Timur Tengah tidak hanya menjadi krisis kemanusiaan, tetapi juga berdampak luas terhadap stabilitas ekonomi global. Oleh karena itu, dalam dialog tersebut, ketiga menteri keuangan menyatakan harapan agar situasi konflik segera mereda.
“Kita semua berharap kondisi di Timur Tengah segera mereda dan mencapai kesepakatan perdamaian untuk kepentingan seluruh umat manusia,” tambah Sri Mulyani.
Indonesia: Pilar Keseimbangan Ekonomi Dunia
Dengan sikap bebas aktif dan netral, Indonesia berupaya memposisikan diri sebagai pilar keseimbangan dalam peta geopolitik dan ekonomi dunia. Sikap ini penting agar Indonesia tetap dapat membuka ruang kemitraan dengan berbagai negara tanpa terkekang oleh tekanan politik global.
Di tengah ketegangan yang semakin kompleks antara AS dan China, termasuk dalam persaingan teknologi dan ekonomi, Indonesia justru semakin memperkuat kerja sama ekonomi dengan kedua negara. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional yang mendorong investasi asing masuk secara adil dan terbuka, guna mendukung pembangunan nasional.
Pada sektor hilirisasi nikel, misalnya, Indonesia berambisi menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik global. Investasi dari berbagai negara, termasuk AS dan China, dianggap sangat strategis untuk mewujudkan target tersebut. Selain modal, teknologi yang dibawa kedua negara juga sangat diperlukan dalam mengembangkan industri bernilai tambah tinggi ini.
Komitmen Terhadap Perdamaian dan Ekonomi Global
Menkeu Sri Mulyani juga menegaskan bahwa menjaga perdamaian di kawasan Timur Tengah sangat penting untuk stabilitas ekonomi dunia. Konflik yang berkepanjangan berpotensi mengganggu rantai pasok energi dan bahan baku penting lain, yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.
Pernyataan ini sekaligus memperlihatkan peran aktif Indonesia dalam diplomasi ekonomi dan politik global, meski tetap berpegang pada prinsip netralitas. Dengan posisi yang strategis sebagai negara berkembang terbesar di Asia Tenggara, Indonesia terus memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak demi kemajuan nasional dan stabilitas dunia.
Dalam situasi geopolitik global yang dinamis dan penuh ketegangan, Indonesia tetap konsisten memegang prinsip bebas aktif dan netral dalam kemitraan ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia membuka pintu lebar bagi semua negara, termasuk AS dan China, untuk berinvestasi dan bekerja sama secara adil. Selain itu, dialog dengan para pemimpin keuangan Timur Tengah menyoroti kepedulian Indonesia terhadap dampak konflik global dan pentingnya perdamaian untuk keberlanjutan ekonomi dunia.
Dengan sikap ini, Indonesia terus berperan sebagai negara yang menjaga keseimbangan sekaligus membuka peluang bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di tengah ketidakpastian dunia.