JAKARTA - Belanja online kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat modern. Kemudahan akses, variasi produk yang luas, serta beragam promo menarik membuat transaksi daring semakin diminati oleh berbagai kalangan. Namun, di balik kenyamanan tersebut, ancaman penipuan dan penyalahgunaan data pribadi kerap mengintai konsumen.
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengungkapkan bahwa peningkatan kasus penipuan di platform e-commerce menunjukkan masih rendahnya tingkat edukasi konsumen. "Banyak masyarakat yang tergiur harga murah tanpa memeriksa kredibilitas penjual. Ini celah utama terjadinya penipuan," ungkapnya saat seminar perlindungan konsumen digital di Jakarta, April 2025.
Fenomena Penipuan dalam Belanja Online
Salah satu modus penipuan yang marak terjadi adalah keberadaan toko palsu di media sosial yang menawarkan produk dengan harga jauh di bawah pasar. Toko-toko tersebut memanfaatkan kepercayaan konsumen yang kurang teliti, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian finansial. Selain itu, teknik phishing dan penyalahgunaan data pribadi juga semakin berkembang, membuat pengguna harus ekstra waspada.
Ahmad Faisal, pakar keamanan siber dari Universitas Teknologi Digital Indonesia, menambahkan bahwa literasi digital menjadi kunci utama untuk menghadapi risiko transaksi online. "Pengguna harus lebih waspada terhadap link mencurigakan dan jangan sembarang memberikan data pribadi, termasuk OTP atau PIN. Edukasi ini harus dilakukan sejak dini," tegas Faisal dalam diskusi publik bertajuk "Keamanan Digital di Era Belanja Online", Mei 2025.
Tips Aman Berbelanja Online
Untuk menghindari risiko tersebut, konsumen disarankan mengikuti beberapa langkah penting berikut:
Belanja di Platform Resmi: Pastikan bertransaksi melalui situs atau aplikasi resmi yang sudah terverifikasi.
Cek Kredibilitas Penjual: Baca ulasan dan rating dari pembeli lain untuk memastikan reputasi penjual.
Gunakan Metode Pembayaran Aman: Pilih metode pembayaran yang memiliki sistem keamanan tinggi seperti dompet digital resmi atau rekening bersama.
Waspada terhadap Penawaran yang Terlalu Murah: Jika harga terlalu jauh dari pasar, ada kemungkinan produk tersebut palsu atau penipuan.
Jangan Mudah Memberikan Data Pribadi: Hindari mengklik link yang mencurigakan dan jangan pernah membagikan kode OTP atau PIN kepada siapapun.
Peran Edukasi dalam Meningkatkan Kesadaran Konsumen
Tulus Abadi menegaskan bahwa edukasi konsumen harus menjadi prioritas utama agar masyarakat lebih paham akan risiko yang ada dan dapat melindungi diri mereka. "Peningkatan literasi digital dan kesadaran akan keamanan transaksi online harus dilakukan secara masif dan berkelanjutan," katanya.
Selain itu, Ahmad Faisal menambahkan bahwa perlindungan data pribadi bukan hanya tanggung jawab konsumen, tetapi juga pihak penyedia layanan. "Pemerintah dan platform e-commerce perlu memperkuat regulasi dan sistem keamanan agar penipuan bisa diminimalisasi," tambahnya.
Belanja online memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, kemudahan tersebut harus diimbangi dengan kewaspadaan dan pengetahuan yang memadai mengenai keamanan digital. Dengan sikap yang bijak dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, konsumen dapat menikmati keuntungan transaksi daring tanpa harus khawatir terkena penipuan atau kerugian lainnya.
Mari kita tingkatkan literasi digital dan menjadi konsumen yang cerdas agar belanja online tetap aman, nyaman, dan menguntungkan. Jangan sampai mudah tergiur harga murah tanpa memperhatikan aspek keamanan dan kredibilitas penjual. Selalu ingat, keamanan transaksi adalah investasi jangka panjang bagi perlindungan data dan keuangan pribadi Anda.