JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 12 Juni 2025, dengan menguji resistance di level 7.254. Dalam situasi pasar yang bergerak terbatas akibat berbagai sentimen global, tiga saham direkomendasikan sebagai pilihan utama, yakni BUMI, ANTM, dan ENRG.
Menurut laporan riset pagi dari BRI Danareksa Sekuritas, meskipun pergerakan IHSG dibayangi oleh faktor eksternal, prospek penguatan masih terbuka. "IHSG hari ini diperkirakan menguji area resistance dan bergerak terbatas, seiring sentimen positif yang beragam dan kehati-hatian pasar terhadap arah kebijakan moneter global," tulis BRI Danareksa dalam analisanya.
Sentimen Global Masih Membayangi
Pergerakan IHSG hari ini turut dipengaruhi oleh sejumlah sentimen dari pasar global. Kenaikan inflasi Amerika Serikat kembali menjadi kekhawatiran utama para pelaku pasar, karena berpotensi mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Di sisi lain, ketidakpastian juga datang dari keputusan pengadilan terkait kebijakan tarif era Trump yang belum memiliki kejelasan. Sentimen ini dinilai turut membatasi laju penguatan bursa saham global, yang pada akhirnya berdampak ke pasar domestik.
Sebagai perbandingan, indeks saham utama di Wall Street ditutup bervariasi semalam. Dow Jones hanya turun tipis 0,0026%, S&P 500 melemah 0,27%, dan Nasdaq terkoreksi 0,50%.
Rekomendasi Saham Hari Ini: BUMI, ANTM, ENRG
Melihat potensi penguatan indeks, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan tiga saham yang layak dikoleksi:
PT Bumi Resources Tbk (BUMI): Target harga Rp 140–150
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Target harga Rp 3.550–3.650
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG): Target harga Rp 256–266
Ketiga saham tersebut dinilai memiliki prospek teknikal yang positif dalam jangka pendek, terutama karena didukung harga komoditas dan volume perdagangan yang kuat. Di sisi lain, saham PT Timah Tbk (TINS) justru direkomendasikan untuk dijual, karena berpotensi mengalami tekanan lanjutan.
IHSG Ditutup Melemah Sehari Sebelumnya
Pada perdagangan Rabu, 11 Juni 2025, IHSG ditutup melemah sebesar 8,28 poin atau 0,11% ke level 7.222. Meski demikian, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 79,04 miliar, yang sebagian besar berasal dari saham-saham seperti BRMS, TLKM, dan BKSL.
Secara sektoral, penurunan IHSG tersebut tidak mencerminkan kinerja seluruh sektor. Justru beberapa sektor mencatatkan kenaikan cukup signifikan:
Material dasar naik 2%
Properti naik 1%
Teknologi naik 1,07%
Energi naik 0,65%
Konsumsi non-primer naik 0,61%
Hanya sektor keuangan yang mengalami penurunan sebesar 0,30%, menjadi satu-satunya sektor yang menekan IHSG pada perdagangan sebelumnya.
Saham-Saham dengan Kinerja Cemerlang
Meski IHSG secara umum melemah, beberapa saham berhasil menembus batas auto reject atas (ARA) dan mencatatkan lonjakan harga signifikan, antara lain:
PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM): Naik 34,72% menjadi Rp 260
PT Charnic Capital Tbk (NICK): Naik 25% menjadi Rp 1.000
PT Pudjiadi & Sons Tbk (PNSE): Naik 24,79% menjadi Rp 755
PT Mitra Energi Persada Tbk (KOPI): Naik 24,77% menjadi Rp 680
Saham-saham tersebut menarik perhatian investor ritel karena mengalami lonjakan tajam dalam waktu singkat, didorong oleh kombinasi sentimen positif spesifik dan volume perdagangan yang meningkat drastis.
Outlook Pasar Saham Tetap Positif
Meskipun tekanan global masih menghantui, analis memperkirakan bahwa tren jangka menengah IHSG masih positif, terutama jika data makroekonomi domestik tetap stabil dan aliran modal asing terus mengalir masuk. Daya tarik sektor energi dan tambang juga memberikan dukungan tambahan terhadap indeks.
"Investor perlu mencermati momentum dan selektif memilih saham-saham yang memiliki fundamental kuat dan prospek pertumbuhan," tulis BRI Danareksa dalam catatannya.
Dengan potensi IHSG menguat menuju resistance 7.254, hari ini menjadi momentum strategis bagi investor untuk memperhatikan peluang di saham-saham pilihan seperti BUMI, ANTM, dan ENRG. Meskipun pasar bergerak dalam volatilitas tinggi akibat sentimen global, peluang untuk meraih keuntungan tetap terbuka lebar bagi investor yang sigap dan cermat dalam membaca tren.
Pantau terus pergerakan indeks, ikuti perkembangan global, dan sesuaikan strategi investasi dengan kondisi pasar untuk memaksimalkan potensi keuntungan di pasar saham Indonesia.